Kamis, 24 Maret 2011

REDOKS - Reduksi Oksidasi

Diposting oleh Paramudibel di 17.47

Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.
Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
* Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
* Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).
Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge) dikenal sebagai reaksi metatesis.

OKSIDATOR DAN REDUKTOR

Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4−, CrO3, Cr2O72−, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2], terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.
Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks.

CARA MENENTUKAN BILANGAN OKSIDASI
            Pengertian bilangan oksidasi
            Atom-atom dalam suatu senyawa mengemban muatan listrik tertentu. Misalnya dalam NaCl, dimana natrium bermuatan positif (Na+) dan klorin bermuatan negative (Cl-). Dalam senyawa kovalen, atom-atom juga mengemban muatan listrik parsial karena adanya polarisasi ikatan. Misalnya, dalam HCl, atom hydrogen mengemban muatan positif, sedangkan klorin mengemban muatan negative. Besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom dalam suatu senyawa, jika semua electron ikatan didistribusikan kepada unsure yang lebih elektronegatif, disebut bilangan oksidasi.
Menentukan Bilangan Oksidasi ada 2 cara; pertama mengikuti peraturan bilangan oksidasi standar (yang beraturan) dan kedua menghitung bilangan oksidasi unsur-unsur yang tidak termasuk dalam peraturan bilangan oksidasi standar.
Pertama : 10 peraturan bilangan oksidasi standar
1. Unsur bebas; biloks unsur tersebut = nol. Seperti Na(s), H2(g), P4(s), Al(s), Cl2(g), Br2(l) masing-masing unsur biloksnya = nol.
2. Unsur ion; biloks unsur tersebut = jumlah muatannya. Seperti Na+(aq) biloks Na=+1, Cl-(aq) biloks Cl=-1, Al3+(aq) biloks Al = +3.
3. Logam Gol IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr) dalam senyawa; biloks unsur tersebut = +1. Seperti KCl biloks K= +1.
4. Logam Gol IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra) dalam senyawa; biloks unsur tersebut = +2. Seperti Ba(OH)2 biloks Ba = +2.
5. Logam Gol IIIA (Al, Ga, In, Tl) dalam senyawa; biloks unsur tersebut = +3. Seperti Al2(SO4)3 biloks Al = +3.
6. Unsur Gol VIIA (F, Cl, Br, I, At) dalam senyawa biner (terdiri 2 jenis unsur); biloks unsur tersebut = -1. Seperti AlCl3 biloks Cl = -1.
7. Unsur Hidrogen bila berikatan dengan nonLogam; biloks H = +1 tetapi bila berikatan dengan Logam; biloks H = -1. Seperti HNO3 biloks H = +1. AlH3 biloks H = -1.
8. Unsur Oksigen bila dalam senyawa Peroksida; biloks O = -1 tetapi bila dalam senyawa nonPeroksida; biloks O = -2.
9. Jumlah seluruh bilangan oksidasi unsur-unsur yang membentuk senyawa = nol
10. Jumlah seluruh bilangan oksidasi unsur-unsur yang membentuk ion gugus atom = jumlah muatan ionnya.
Kedua; unsur yang tidak masuk dalam peraturan pertama harus dihitung.
Contoh: KClO &nbs p; KClO2 KClO3
Biloks +1 X -2 +1 X -2 +1 X -2
Hitungan (+1)+X+(-2) = 0 (+1)+X+(-4) = 0 (+1)+X+(-6) = 0
X= Cl = +1 X= Cl = +3 X = +5
Jadi biloks Cl= +1 dalam KClO, biloks Cl= +3 dalam KClO2, biloks Cl= +5 dalam KClO3


sumber: Buku KIMIA SMA kelas 12, Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rani Winda Paramuditha Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei